Awal Musim yang Tidak Sesuai Harapan
Perjalanan Chelsea FC di musim Liga Inggris 2025/26 belum berjalan semulus yang diharapkan.
Di bawah pelatih anyar Enzo Maresca, The Blues masih berjuang menemukan ritme permainan yang stabil.
Meski manajemen klub menaruh kepercayaan penuh pada proyek jangka panjang pelatih asal Portugal itu, hasil di lapangan belum sepenuhnya menggembirakan.
Hingga pekan ke-22, Chelsea baru meraih 8 kemenangan, 7 hasil imbang, dan 7 kekalahan, membuat mereka tertahan di posisi kesembilan klasemen sementara.
Bagi klub dengan ambisi besar dan investasi masif di bursa transfer, capaian ini tentu belum sesuai ekspektasi.
Filosofi Amorim dan Tantangan Adaptasi
Rúben Amorim datang ke Stamford Bridge membawa filosofi sepak bola menyerang dengan pressing tinggi dan pergerakan antarlini cepat.
Namun, adaptasi pemain terhadap sistemnya tidak berjalan instan. Beberapa pemain muda seperti Cole Palmer, Noni Madueke, dan Enzo Fernández memang menunjukkan progres, tetapi secara kolektif, Chelsea masih kerap kehilangan konsistensi.
Amorim menerapkan formasi 3-4-3 yang fleksibel, namun sering kali terlihat tidak stabil ketika menghadapi tim dengan transisi cepat.
Masalah utama terlihat di koordinasi antara lini tengah dan pertahanan, di mana Moisés Caicedo dan Benoît Badiashile sering kesulitan menutup ruang di saat kehilangan bola.
“Kami sedang membangun fondasi baru. Butuh waktu untuk memahami filosofi permainan yang saya bawa,” ujar Amorim dalam konferensi pers usai kalah 1–2 dari Newcastle.
Masalah Efektivitas di Depan Gawang
Salah satu tantangan terbesar Chelsea musim ini adalah penyelesaian akhir.
Meski menciptakan banyak peluang, mereka sering gagal mengonversinya menjadi gol.
Statistik menunjukkan Chelsea hanya berhasil memanfaatkan 9% dari total tembakan, menjadikannya salah satu tim dengan efisiensi terendah di Premier League.
Christopher Nkunku yang diharapkan menjadi mesin gol utama masih sering terganggu cedera, sementara Nicolas Jackson belum konsisten dalam hal finishing.
Hal ini membuat Amorim harus bereksperimen dengan formasi false nine menggunakan Cole Palmer di beberapa laga — strategi yang menghasilkan kreativitas, tapi mengorbankan ketajaman.
Pertahanan yang Masih Rapuh
Selain lini depan, pertahanan Chelsea juga menjadi sorotan.
Meski memiliki pemain berkualitas seperti Thiago Silva, Axel Disasi, dan Levi Colwill, The Blues masih kerap kebobolan akibat miskomunikasi dan kesalahan individu.
Dalam 22 laga, mereka sudah kebobolan 29 gol, salah satu catatan terburuk di antara tim papan tengah.
Amorim menegaskan bahwa peningkatan organisasi pertahanan menjadi prioritas utama dalam sesi latihan berikutnya.
“Kami bermain dengan intensitas tinggi, tapi saat kehilangan bola kami harus lebih kompak. Detail kecil bisa menjadi perbedaan antara menang dan kalah,” ujarnya.
Harapan dari Pemain Muda
Di tengah kesulitan tersebut, ada sinar terang dari para pemain muda akademi.
Carney Chukwuemeka, Cesare Casadei, dan Alfie Gilchrist mulai mendapat menit bermain reguler dan menunjukkan potensi besar.
Langkah Amorim memberi kesempatan bagi mereka mendapat sambutan positif dari fans, yang mulai melihat arah pembangunan tim ke masa depan.
Cole Palmer menjadi salah satu pemain paling bersinar sejauh ini dengan kontribusi 10 gol dan 6 assist, menjadikannya sosok paling produktif di skuad Chelsea musim ini.
Performanya menunjukkan bahwa proyek regenerasi Chelsea memiliki fondasi yang menjanjikan, meski masih butuh waktu untuk matang sepenuhnya.
Suporter Masih Sabar — Tapi Mulai Gelisah
Fanbase Chelsea terpecah dua: sebagian tetap mendukung visi jangka panjang klub, namun sebagian lainnya mulai menuntut hasil instan.
Di Stamford Bridge, spanduk bertuliskan “Trust the Process” sering terlihat di tribun, namun nada frustrasi mulai terdengar setiap kali tim gagal menang di kandang.
Amorim menegaskan bahwa ia tidak akan mengubah prinsipnya meskipun mendapat tekanan:
“Proses ini tidak mudah, tapi saya percaya kami akan membangun tim yang bisa bersaing di puncak dalam waktu dekat.”
Kesimpulan
Musim 2025 menjadi masa transisi sulit bagi Chelsea di bawah Rúben Amorim.
Meskipun performa belum stabil, tanda-tanda perkembangan mulai terlihat, terutama dari pemain muda dan struktur permainan yang perlahan terbentuk.
Jika manajemen tetap sabar dan konsisten dengan visi jangka panjangnya, Chelsea berpotensi kembali ke jalur kejayaan — bukan hanya sebagai klub kaya belanja, tetapi sebagai tim yang kuat secara identitas dan filosofi.